Inovasi PLTS untuk Pengering Kupang

Elektro.umsida.ac.id – Indonesia memiliki komitmen untuk meningkatkan bauran energi terbarukan menjadi 23% pada tahun 2025, seperti yang tertuang dalam Kebijakan Energi Nasional (KEN) No. 79 Tahun 2014. Sebagai negara tropis dengan potensi sinar matahari rata-rata sebesar 4,8 kWh/m²/hari, Indonesia memiliki peluang besar untuk mengembangkan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). Meski demikian, realisasi penggunaan energi surya di Indonesia masih tergolong rendah, yaitu hanya 0,15 GWp dari potensi total 207,8 GWp. Hal ini mendorong upaya untuk memanfaatkan energi surya secara lebih luas, termasuk dalam sektor perikanan.

Peneliti dari Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (UMSIDA), merancang teknologi PLTS untuk mendukung pengeringan kupang, salah satu hasil laut yang penting bagi masyarakat pesisir. Inovasi ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada cuaca serta meningkatkan efisiensi dan kualitas pengeringan kupang.

Analisa Kapasitas PLTS untuk Pengeringan

Penelitian ini menggunakan metode pengukuran langsung terhadap parameter kelistrikan, suhu, dan kelembapan pada sistem PLTS yang dirancang. Proses pengukuran dilakukan dalam dua perlakuan:

  • Perlakuan siang hari: Dilakukan pukul 10.00–14.00 WIB ketika intensitas sinar matahari maksimal.
  • Perlakuan sore hari: Dilakukan pukul 15.30–17.20 WIB ketika intensitas sinar matahari menurun.

Sistem yang dirancang terdiri dari panel surya berkapasitas 100 WP, solar charge controller, aki 50 Ah, dan beban berupa kipas serta pemanas yang dioperasikan secara otomatis melalui pengendali Arduino. Sensor LM35 digunakan untuk membaca suhu dan kelembapan pada tiga posisi berbeda dalam proses pengeringan.

Hasil Penelitian: Evaluasi Kinerja PLTSHasil penelitian menunjukkan kinerja PLTS yang cukup baik, namun masih terdapat beberapa tantangan:

  • Kinerja Temperatur dan Kelembapan:
    • Pada perlakuan siang hari, suhu tertinggi mencapai 46,98°C dengan kelembapan 26,34%.
    • Pada perlakuan sore hari, suhu menurun hingga 34,30°C dengan kelembapan 67,64%.
    • Hasil ini menunjukkan bahwa pada sore hari, suhu belum optimal untuk mendukung pengeringan yang efisien. Idealnya, suhu pengeringan mencapai 40°C dengan kelembapan sekitar 20%.
  • Efisiensi Sistem Kelistrikan:
    • Tegangan panel surya pada siang hari mencapai 14,10 volt, sementara pada sore hari hanya 6,40 volt.
    • Arus panel surya juga mengalami penurunan signifikan dari 3,04 A pada siang hari menjadi 0,04 A pada sore hari. Penurunan ini memengaruhi daya yang dapat digunakan untuk mengoperasikan pemanas dan kipas.

Analisis ini mengindikasikan bahwa sistem saat ini kurang efektif untuk mendukung pengeringan secara optimal, terutama pada sore hari ketika intensitas cahaya matahari rendah.

Menuju Sistem PLTS yang Lebih Efisien

Berdasarkan hasil penelitian, beberapa langkah pengembangan diusulkan untuk meningkatkan efektivitas sistem:

  1. Penambahan Jumlah Pemanas: Pemanas dengan spesifikasi lebih tinggi dapat membantu mencapai suhu optimal, meski ini membutuhkan peningkatan kapasitas panel surya dan aki.
  2. Penggunaan Teknologi Solar Tracking: Dengan teknologi ini, panel surya dapat selalu menghadap ke arah matahari, meningkatkan efisiensi penyerapan energi.
  3. Integrasi Sistem Hibrid: Kombinasi PLTS dengan sumber energi konvensional dapat menjadi solusi untuk mengatasi keterbatasan energi pada sore hari.
  4. Optimasi Desain Pengering: Perubahan desain ruang pengeringan, seperti isolasi termal, dapat membantu menjaga suhu lebih stabil selama proses pengeringan.

Penelitian ini memberikan kontribusi penting bagi pengembangan teknologi energi terbarukan yang ramah lingkungan, khususnya dalam mendukung sektor perikanan. Dengan implementasi yang lebih luas, teknologi ini dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas produk olahan laut seperti kupang.

Sumber: Penelitian “Analisa Kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) untuk Pengering Kupang” yang dipublikasikan di Techné, Freepik

Penulis: Ifa